Sunday, May 24, 2015 0 comments

Sejarah dan Keunikan Pasar Johar



Sabtu 9 Mei 2015 lalu, saya mendengar kabar bahwa Pasar Legendaris dan favorit para pecinta belanja ini terbakar. Kabar itu sontak mengagetkan saya dan benar hingga pagi hari menjelang api tersebut belum padam dan malah menjalar ke pasar yaik. Menurut Kepolisian Daerah Jateng, penyebab kebakaran pasar Johar disebabkan oleh hubungan arus pendek atau korsleting listrik. Semoga memang benar, yang terjadi adalah kebakaran bukan di bakar seperti isu-isu yang marak beredar dan semoga pasar Johar cepat dibangun kembali tanpa menghilangkan nilai historis dari Pasar Johar itu sendiri dan memperhatikan hal-hal penting lainnya. 

Beberapa bulan yang lalu saya sempat menulis tentang pasar rakyat dan saya mengambil teman : keunikan Pasar Johar. tulisan tersebut saya tulis di kolom kompasiana, dan sekarang saya ingin membagikannya diblog ini. so check this out !

Pasar Johar tampak depan (Dokpri)

        Pasar Johar, namanya sudah tidak asing lagi di telinga saya. Sudah cukup sering saya berkunjung ke Pasar Johar, sejak merantau ke kota Atlas, Semarang. Selama hampir 3 tahun berada di Semarang saya sering blusukan dan menyadari bahwa kota ini memiliki potensi wisata yang sangat melimpah. Mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, religi, kuliner, hingga wisata belanja. Potensi-potensi wisata ini jika digarap dengan baik akan sangat menguntungkan bagi negara karena akan meningkatkan pendapatan devisa. Pasar Johar merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi apalagi untuk para pecinta wisata belanja. Pasar rakyat ini pernah dinobatkan sebagai pasar tercantik dan terbesar se Asia Tenggara karena konstruksi bangunannya yang seperti cendawan. Pasar Johar mempunyai sejarahnya tersendiri yang membuat pasar ini menjadi unik dibandingkan dengan pasar rakyat lain.

Sebagai salah satu warisan budaya peninggalan Belanda, Pasar Johar merupakan aset yang harus dijaga. Pasar ini dulunya dipagari oleh pohon johar ditepi jalan sehingga tercetuslah nama Pasar Johar. Pasar rakyat ini tidak pernah sepi oleh pengunjung bahkan sejak tahun 1860 dikarenakan lokasinya yang dekat dengan penjara sehingga menjadi tempat untuk menunggu orang yang menengok keluarga, kerabat maupun kenalan yang di Penjara. Rancangan bangunan Pasar Johar dibuat oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Pasar Johar dibangun pada tahun 1937 dan pembangunannya dilakukan secara bertahap dengan menyatukan lima pasar yang ada yaitu Pasar Johar, Pasar Pedamaran, Pasar Benteng, dan Pasar Pekojan menjadi satu labirin. Konstruksi Pasar Johar memakai konstruksi cendawan, konstuksi ini dinilai sangat bersahabat dengan iklim Indonesia yang merupakan iklim tropis. Atap-atap yang berbentuk seperti cendawan dengan langit-langit yang tinggi membuat sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik dan penerangan dapat dilakukan secara alami yang berasal dari sinar matahari.

Atap cendawan pasar Johar yang melegenda (Dokpri)
Dalam membuat rancangan Pasar Johar, Karsten memperhatikan beberapa aspek yakni ekologi dan aspek sosiologi. Karsten juga sangat jeli dalam memilih material bangunan, marmer dan batu andesit dipilih oleh Karsten karena material tersebut terutama batu andesit terkenal kokoh dan mudah untuk dibersihkan. Pedagang yang berjualan di Pasar Johar kebanyakan berasal dari Jawa Tengah tetapi tidak dapat dipungkiri kalau ada juga pedagang yang berasal dari luar Jawa Tengah maupun luar Jawa. Bahkan saya menemukan pedagang yang berasal dari etnis Tionghoa, Arab dan India. Sungguh pasar yang sangat unik.  Sekitar tahun 1970 kapal-kapal masih bisa melintas di kali Semarang yang terletak persis di tepi Pasar Johar. Terdapat Jembatan hidrolik yang dikenal dengan nama Jembatan Berok yang dapat dibuka tutup. Namun, karena kali Semarang pada saat ini sudah terjadi pendangkalan maka kapal-kapal pun tidak dapat melintas dan sekarang Jembatan Berok sudah tidak dapat dibuka lagi.

Jembatan Berok (Dokpri)
Sebagai icon kota Semarang dengan lokasi yang strategis, setiap harinya Pasar Johar selalu dipadati oleh pengunjung yang berasal dari berbagai macam daerah dan dari berbagai macam kalangan. Tempat ini seakan mempunyai magnet tersendiri untuk selalu dikunjungi dan menjadi tempat favorite banyak orang untuk berbelanja. Motif para pengunjung pun sangat beragam ada yang memang datang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, ada juga yang membeli perlengkapan rumah tangga, membeli untuk dijual kembali karena ada harga khusus untuk barang-barang grosir, membeli oleh-oleh, bahkan datang hanya untuk melihat-melihat pun ada. Motif yang begitu beragam dikarenakan Pasar Johar merupakan pasar yang menyediakan barang-barang yang sangat lengkap dengan harga yang terbilang murah dan sangat terjangkau. Apabila kita sebagai pembeli jeli dan ahli dalam hal tawar menawar maka kita akan mendapatkan barang berkualitas bagus, tidak kalah dengan barang yang dibeli di mall modern, dengan harga yang murah. “Barang yang ada disini murah-murah, bahkan terbilang cukup “miring” harganya dan kualitasnya cukup bagus, biasanya saya kesini untuk mencari buku, membeli sepatu maupun perlengkapan kuliah lainnya. Dengan mengeluarkan kocek yang sedikit saya tetap bisa kelihatan trendy, maklum kantong mahasiswa hehe…” kata Nur, salah satu mahasiswi yang berbelanja di Pasar Johar.   
Sebagai pembeli, kita juga harus ingat, menawarlah dengan wajar agar tidak mendapati muka pedagang yang jengkel karena penawaran kita yang tidak wajar. “Padahal harga yang saya tawarkan sudah harga grosir lho mba, udah murah banget lah, tapi masih aja ada yang nawar ga wajar. Ntar kalo dikasih diskon terus, saya ngambil untung darimana” komentar Nani, salah satu pedagang baju di Pasar Johar yang jengkel ketika para calon pembeli menawar secara tidak wajar. Sebagian besar para pedagang di Pasar Johar sangat ramah. Hal tersebut terbukti ketika saya banyak bertanya kepada pedagang dan pedagang tersebut sangat sabar menanggapi satu persatu pertanyaan saya. Pasar tradisional memang tidak hanya untuk kegiatan transaksi semata, tetapi juga dapat mempererat tali silahturahmi sekaligus sebagai wadah interaksi sosial yang sudah menjadi kebutuhan hidup setiap manusia. Sebagai pasar rakyat, transaksi yang dilakukan di Pasar Johar ini tidak hanya bisa menggunakan uang cash, melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan debit pun bisa dilakukan di beberapa toko, sangat memudahkan para pembeli bukan ?
Selain karena bangunan Pasar Johar yang merupakan cagar budaya dan mempunyai nilai sejarah yang tinggi, ada lagi yang unik dari Pasar Johar yaitu adanya tradisi Dugderan yang diadakan setiap menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, sekitar tahun 1891. Istilah dugderan sendiri berasal dari suara bedug dan mercon yang berbunyi dug-der.  Dahulu, tradisi ini diselenggarakan di beberapa tempat, tetapi sejak tahun 2011 pasar Dugderan dipusatkan di wilayah Pasar Johar. Pasar Dugderan yang berada di wilayah Pasar Johar ini berlangsung selama tujuh hari sebelum datangnya bulan puasa, dan pada hari terakhir yang merupakan acara puncak tradisi ini, ada arak-arakan kirab budaya. Ketika melihat arak-arakan kirab budaya, yang menarik ketika saya melihat warak ngendhog diarak, sungguh unik.

Tugu Warak Ngendhog ( Sumber : wikipedia)
Warak Ngendhog merupakan mainan anak-anak yang menjadi maskot tradisi dugderan ini. Wujud dari mainan ini akulturasi dari berbagai etnis yang ada di Semarang yaitu etnis Jawa, Tionghoa, dan Arab. Kepalanya yang berbentuk naga kebudayaan khas etnis Tionghoa, Tubuhnya seperti Buraq yang merupakan kebudayaan khas etnis Arab, dan keempat kaki yang menyerupai kaki kambing kebudayaan khas etnis Jawa. Saya pun berdecak kagum, sungguh kota yang sangat harmonis dan kental akan sejarah dan budayanya. Sudah tiga kali berturut-turut setiap tahunnya saya mengunjungi pasar Dugderan, terlihat sekali bahwa pasar Dugderan di wilayah Pasar Johar ini mengalami perbaikan dan pengembangan terus –menerus. Tradisi ini juga mampu menjadi daya tarik wisata, terbukti setiap tahunnya tradisi ini tidak pernah sepi oleh pengunjung, selalu ramai, selalu padat. “kalau udah ada dugderan ramai sekali, pembeli juga banyak, parkiran membludak, rezeki menyambut bulan Ramadhan…” kata Susi, penjual mainan anak-anak di acara dugderan.Berbagai macam barang-barang dijual dalam tradisi dugderan ini, diantaranya mainan-mainan tradisional yang sudah sangat jarang saya temui seperti masak-masakan, mobil dan truk mini yang terbuat dari kayu, celengan yang berasal dari tanah liat, lalu ada berbagai macam makanan dan minuman, busana, kerajinan dan masih banyak lagi. Di pasar dugderan ini juga ada permainan seperti ketika pasar malam  berlangsung, membuat acara ini semakin ramai dipadati tidak hanya oleh pengunjung, namun juga oleh para pedagangnya.  Tradisi-tradisi seperti ini yang harus tetap dijaga terus menerus, walaupun perkembangan zaman kian pesat, tradisi dugderan harus tetap exist.

Peningkatan sarana dan prasarana di Pasar Johar harus terus dilakukan agar para pengunjung semakin merasa nyaman ketika berbelanja. Pasar rakyat tidak kalah dengan pasar-pasar modern atau mall-mall modern saat ini yang kian menjamur hampir diseluruh kawasan strategis. Dibalik banyak kekurangan dari pasar rakyat, masih banyak kelebihan-kelebihan dari pasar rakyat diantaranya calon pembeli dapat melakukan tawar menawar, meningkatkan tali silahturahmi antara pedagang dan pembeli bahkan beberapa pedagang ada yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri, ikut serta membangun perekonomian mikro, bahan-bahan nya sehat jauh dari pengawet karena biasanya yang dijual masih segar dan yang paling penting ketika melakukan pembelian di pasar rakyat bisa disesuaikan dengan budget yang ada.


Walaupun kini Johar tidak seperti dulu, tetapi Pasar Johar tetap ada di hati para penggemarnya.

see ya~
 
;